10/05/2009

MASIH HARUSKAH KITA PEDULI PADA LINGKUNGAN?


Lingkungan hidup merupakan kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan dan makhluk hidup (termasuk manusia dan perilakunya) yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya. Artinya pengelolaan lingkungan hidup secara baik untuk mendorong pembangunan berkelanjutan sangat penting. Namun, realitas yang terjadi persentase pertumbuhan ekonomi hampir berbanding lurus dengan kerusakan lingkungan sebagai akibat dari pembangunan, dan hal ini berlangsung secara terus menerus.

Kondisi lingkungan tersebut telah dinyatakan oleh para peneliti dari Massachusetts Institut of Technology (MIT) pada tahun 1972. Hasil penelitiannya diserahkan kepada 100 ahli berbagai bidang ilmu yang tergabung dalam CLUB OF ROME, yang mana dinyatakan bahwa jika kecenderungan dalam mengelola sumberdaya alam dalam rangka pertumbuhan produksi tetap diteruskan seperti masa-masa sebelumnya, maka bumi yang mempunyai batas-batas kemampuan daya dukung, sehingga dalam waktu dekat kehidupan manusia akan mengalami bencana dan krisis besar. Ditambahkan bahwa masih ada waktu untuk memperbaiki keadaan tersebut yaitu dengan melakukan perubahan pada Pandangan dan Tujuan Hidup Manusia yang selama ini berpola Kuantitatif menjadi pola yang lebih Kualitatif.

Berdasarkan penelitian tersebut, maka PBB memprakarsai Konfrensi Lingkungan Hidup pertama SeDunia pada tanggal 5 Juni 1973 di Stockholm (Swedia). Konfrensi tersebut membuka mata dunia akan kepedulian terhadap lingkungan, sehingga pada tanggal tersebut mempunyai arti penting dalam kehidupan umat manusia.

Pola kehidupan manusia yang materialis (Kuantitatif) yang dimaksud diatas akan berdampak terhadap kelestarian sumber daya alam, karena pola tersebut menganggap keberhasilan hidup diukur dan dapat dihitung. Akibatnya, terjadi perburuan harta yang mengeksploitasi sumber daya alam secara berlebih-lebihan demi pemenuhan keinginan tersebut.

Prof M. Idris Arief dalam makalahnya berjudul "Pembangunan yang Berkelanjutan" mengemukakan bahwa terdapat empat variabel dominan dalam desakan lingkungan, antara lain :
1. Dinamika kependudukan
2. Orientasi kepada pertumbuahn ekonomi yang tinggi
3. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebih-lebihan (over exploitation)
4. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan terjadinya over exploitation

Jika keempat variabel di atas saling berinteraksi, mengakibatkan munculnya desakan terhadap tata lingkungan (lingkungan fisik maupun nonfisik/sosial) sehingga menyebabkan lingkungan semakin memburuk akibat beban tata lingkungan yang sudah melampaui batas.

Saat ini kondisi lingkungan kita malah sangat memburuk, terjadi perubahan iklim dan pemanasan global yang sangat mengancam eksistensi sumber daya alam dan daya dukung lingkungan. Penyebab utamanya tidak lain oleh aktivitas usaha manusia itu sendiri yang materialis.

Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

Perubahan iklim menyebabkan komposisi kimiawi dari atmosfer sedang mengalami perubahan sejalan dengan penambahan gas rumah kaca. Pemanasan global merupakan proses peningkatan suhu rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi.

Perubahan iklim akan mempengaruhi seluruh sistem di bumi meliputi ekosistem, struktur komunitas dan populasi, distribusi organisme dan sebagainya. Indikasinya telah menggeser periode musim dari yang biasanya. Musibah terbesarnya perubahan iklim, secara langsung maupun tidak langsung akan mepengaruhi aspek-aspek kehidupan manusia.

Peningkatan suhu bumi dapat terjadi secara alami maupun akibat kemajuan industri yang pesat sehingga menghasilkan gas-gas seperti CO2 (karbondioksida), CH4 (metana), N2O (nitrous oxide), CFCs (chloroflourocarbons) dan VOCs (volatile organic compounds) (Syahailatua, 2007). Meningkatnya kadar gas-gas ini menyebabkan penyerapan energi matahari dan refleksi panas menjadi meningkat dan tersimpan di permukaan bumi. Keadaan ini berlangsung terus menerus sehingga suhu rata-rata tahunan bumi terus meningkat.

Pemanasan global terjadi jika terus bertambahnya konsentrasi rumah kaca (CO2, asam nitrat, metana). Karbondioksida umumnya dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas, penggundulan dan pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi indutri, sedang emisi metana disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. CFCs merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca.

Pemanasan global akan menyebabkan perubahan-perubahan lain, seperti erosi pantai dan naiknya permukaan laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibatnya adalah berpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan. Selain itu perubahan iklim yang terjadi akan menyebabkan bencana dasyat seperti gempa bumi, angin topan, siklon dan kekeringan.

Pemanasan yang terjadi di permukaan bumi akan mencairkan es di kutub sehingga memperbanyak volume air laut. Kenaikan tinggi permukaan laut akan membawa dampak buruk bagi manusia, terutama penduduk yang bermukim di daratan rendah, di daerah pantai yang padat penduduk, di delta-delta sungai dan pulau-pulau kecil . Tinggi muka lau di dunia meningkat 10-25 cm selama abad ke-20 dan menurut ilmuan IPCC memprediksi peningkatan selanjutnya 9-88 cm pada abad ke-21 (Wikipedia, 2009). Ditambahkan oleh peneliti Lapan bahwa diperkirakan pada tahun 2070 sekitar 800.000 rumah yang berada di pesisir Indonesia harus di pindahkan dan 2.000 dari 18 ribu pulau di Indonesia akan tenggelam akibat naiknya permukaan laut.

Selain itu, hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan di dunia telah dikuasai manusia. Dalam situasi ini hewan cenderung bermigrasi ke arah kutub atau ke pegunungan. Tumbuhan juga akan merubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitatnya menjadi terlalu hangat. Dalam kondisi seperti ini memungkinkan adanya kepunahan terhadap beberapa spesies/jenis hewan maupun tumbuhan.

Pada Konfrensi Perubahan Iklim VII di Maroko November 2001, wakil PBB untuk program Lingkungan Hidup mengemukakan bahwa panen makanan pokok seperti gandum, beras dan jagung dapat merosot sampai 30% seratus tahun mendatang akibat pemanasan global. Selanjutnya bahwa petani akan beralih tempat olahan ke pegunungan yang lebih sejuk, menyebabkan terdesaknya hutan dan terancamnya kehidupan di hutan, terancamnya mutu serta jumlah suplai air (Assisi, 2007).

Allah Azza Wa Jalla telah memberikan peringatan kepada kita dalam firman-Nya : " Telah tampak kerusakan di laut dan di bumi disebabkan karena tangan manusia, sehingga Allah menumpahkan kepada mereka sebahagian dari akibat yang mereka lakukan agar mereka kembali ke jalan yang benar " (Ar-Rum:41).

Pengendalian Perubahan Iklim

Perubahan iklim merupakan tantangan paling serius yang dihadapi di abad ke-21. Sejumlah bukti baru dan kuat telah dikemukakan oleh beberapa ilmuan mengenai pemanasan global yang disebabkan oleh tindakan manusia. Tetapi, tidak ada kata terlambat dalam pengendalian penyebab perubahan iklim dalam menyelamatkan bumi kita.

Dampak yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah masuknya air. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Contoh di Amerika Serikat, menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan tetap menjaga koridor (jalur) habitat, mengosongkan lahan/tanah yang belum dibangun dari selatan ke utara sehingga dapat digunakan spesies-spesies untuk berpindah secara perlahan-lahan disepanjang koridor itu menuju ke habitat yang lebih dingin.

Dua cara untuk memperlambat semakin bertambahnya efek rumah kaca yaitu mencegah karbondioksida (CO2) dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen karbonnya di tempat lain (menghilangkan karbon); dan mengurangi produksi gas rumah kaca.

Menghilangkan Karbon, menghilangkan karbondioksida dapat dilakukan dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, yang memiliki pertumbuhan relatif cepat dan daya adaptasi tinggi, menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui fotosintesis dan menyimpan karbon dalam kayunya (Wikipedia, 2009). Sebaiknya dilakukan rehabilitasi hutan gundul, pembuatan hutan kota dan mengalih fungsikan lahan pertanian non-produktif dengan menanam pepohonan.

Karbondioksida dapat juga dihilangkan secara langsung dengan menginjeksi gas ke sumur minyak. Seperti yang dilakukan di salah satu anjungan pengeboran lepas pantai Norwegia, dimana karbondioksida yang terbawa ke permukaan bersama gas akan ditangkap dan diinjeksikan kembali ke aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan (Wikipedia, 2009).

Saat ini penggunaan energi gas menjadi sumber energi, secara tidak langsung mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepas karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak bumi apalagi batubara. Selain itu, penggunaan energi yang dapat diperbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbondioksida ke udara. Energi nuklir tidak melepas karbondioksida sedikitpun, tetapi penggunaannya sangat kontroversial dengan alasan keselamatan dan bahaya limbahnya.

Dampak perubahan iklim dan pemanasan global yang terjadi memang sangat kompleks, berpengaruh besar terhadap kehidupan makhluk hidup, utamanya manusia. Strategi pencegahan dan meminimalisir bencana tersebut telah di rekomendasikan dari berbagai ilmuan, namun ironisnya goverment dan nongoverment tidak begitu serius bereaksi untuk menyelamatkan bumi. Dampak global ini di beberapa daerah hanya dijadikan program ajang kreasi dan seremonial saja, pelaksanaannya memiliki pesentase yang sangat kecil dari keseluruhan kegiatan dan tidak tanggung-tanggung untuk mengeluarkan dana yang besar.

Dampak global yang terjadi memang belum dirasakan oleh semua umat manusia di planet ini, sehingga upaya pencegahan dan perbaikan belum ditangani secara serius dan maksimal. Tetapi jika semua kekhawatiran ilmuan terjadi, siapa yang harus disalahkan? siapa yang menyebabkan semua ini terjadi? siapa yang harus bertanggung jawab?. Mungkin, hanya pertanyaan dan pernyataan bersalah yang dilontarkan ke beberapa pihak, dan semakin memperburuk keadaan dalam dinamika kehidupan manusia.

Jadi, mulai dari sekarang atau sejak mengetahui dampak perubahan iklim, buatlah kegiatan/aktivitas untuk mencegah semakin bertambahnya konsentrasi gas rumah kaca (karbondioksida, asam nitrat, emisi metana), CFCs dan VOCs di udara. Kegiatan sebaiknya mulai dari lingkungan sekitar, meningkat ke lingkungan lokal dan nasional.

Siapa lagi yang akan menyelamatkan bumi kita, kalo bukan kita yang mulai.

Referensi :

1. Assisi, F. 2006. Pemanasan Global dan Perubahan Iklim.

2. LAPAN. 2009. Dampak Perubahan Iklim. Bidang Aplikasi Klimatologi dan Lingkungan, Pusfatsatklim LAPAN.

3. Syahailatua, A. 2007. Abstrak Perubahan Iklim Terhadap Kelautan. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta.

4. Wikipedia. 2009. Pemanasan Global. Wikipedia Berbahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. http://www.wikipedia.com


"I have Joined ECO INDONESIA GREEN BLOGGING COMPETITION!"

2 comments:

Michael Ghandi mengatakan...

artikel yang keren....
salam blogger sob...

ILMU PETERNAKAN mengatakan...

Artikelnya bermanfaat mas.... Semoga tetap kontinyu menulis artikelnya

Posting Komentar

>>> Silahkan Beri Komentar Setelah Membaca Artikel Ini. Terima Kasih telah Berkunjung..Sukses Untuk Semua >>>

 
 
Copyright © Green Blue Phinisi
Theme by BloggerThemes