Pada dasarnya, negara Indonesia masih tergantung dengan penggunaan bahan bakar yang berasal dari minyak bumi dan energi fosil, dimana sumber tersebut merupakan energi tak terbaharui sehingga ketersediannya kadang tidak menentu. Hal tersebut akan berdampak pada kegiatan ekonomi negara, khusunya di sektor transportasi dan penggunaan tenaga mesin untuk produksi.
Selain itu, krisis ekonomi yang melanda masyarakat dunia mendesak berbagai negara untuk menggali dan memanfaatkan potensi lokal agar dapat menyelamatkan perekonomian negaranya, agar tidak terlalu larut terbawa krisis ekonomi global.
Indonesia sebagai konsumen pengguna bahan bakar minyak harus lebih intensif untuk mengeksplorasi sumber-sumber energi altenatif yang arahnya mendukung kegiatan produksi, sehingga dapat mengurangi ketergantungannya dari minyak bumi dan energi fosil.
Tanaman jarak pagar (Jatropha curcas) merupakan komoditi nonpangan sebagai sumber energi terbaharukan (Renewable energy). Minyak nabati dari jarak pagar dapat diolah menjadi bahan bakar pengganti atau subtitusi minyak bumi dan energi fosil, seperti solar, minyak tanah dan minyak bakar.
Pada tahun 2006 pemerintah menetapkan bahwa akan dimulai pemanfaatan jarak pagar sebagai subtitusi solar dan singkong sebagai subtitusi premium. Kedua komoditas ini diharapkan dapat menggantikan 10% pemakaian solar dan 10% pemakaian premium (Kompas, 17 Oktober 2005).
Pengolahan Biodiesel
Sebenarnya penggunaan minyak nabati (biodiesel) sudah dimulai sejak tahun 1898, ketika Rudolf Diesel menciptakan mesin diesel. Ia menggunakan minyak nabati dari kacang tanah (Arachis hipogaea) sebagai bahan bakar mesin dieselnya.
Minyak jarak alami yang biasa disebut Crude Jatropha Curcas Oil (CJCO) dibuat dari daging buah (kernel) Jatropha curcas. Para peneliti menyebut minyak jarak alami dengan nama Straight Jatropha Oil (SJO), Unmodified Vegetable Oil (UVO) atau Straight Jatropha Oil (SJO).
Ekastraksi minyak dari biji jarak pagar dapat menggunakan alat pengepres atau pemerah yang digerakkan dengan tangan manusia maupun mesin. Indonesia yang letak geografisnya terdiri dari beberapa pulau sebaiknya direkomendasikan menggunakan alat pemerah yang dibuat dengan teknologi sederhana. Alasannya, agar alat ini bisa diaplikasikan sendiri oleh masyarakat sebagai program kemandirian agroindustri sehingga dapat meningkatkan independensi suplai bahan bakar karena diproduksi secara lokal. Demikian pula dengan pemeliharaan/budidaya Jatropha curcas.
Emisi Biodiesel
Hampir semua komponen bahan kimia yang ada dalam biodiesel rendah jika dibandingkan dengan petrodiesel (solar). Terkadang biodiesel tidak mengandung senyawa SO2, walaupun ada nilainya relatif kecil (< 15 ppm). Begitupun dengan karbonmonoksida (CO) yang dihasilkan cukup rendah.
Menurut beberapa referensi Belerang merupakan pemicu emisi SPM (Solid Particulate Matter) dan asap hitam. Partikel SPM bersifat karsiogenik atau bahan pemicu sel kanker. Mesin kendaraan yang menggunakan solar menghasilkan emisi SPM lebih banyak jika dibandingkan dengan biodiesel, sehingga biodiesel dapat dikatakan sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Selain itu, biodiesel juga ramah terhadap mesin, khususnya pada piston karena memiliki pelumasan.
Pemanfaatan Minyak Jarak sebagai Subtitusi Solar
Pemanfaatan minyak jarak pagar (CJCO) sebagai subtitusi solar (petrodiesel) dapat menekan alokasi anggaran pembelian minyak bumi dan energi fosil. Disamping itu, subtitusi tersebut dapat mengurangi emisi yang dihasilkan oleh solar, seperti SO2, CO, NO2, Benzen dan bahan kimia toksik lainnya.
Dalam pengembangan pengelolaan minyak jarak pagar harus lebih serius, sehingga volume subtitusinya ke petrodiesel dapat mencapai 50% (50% biodiesel : 50% petrodiesel). Seperti yang dikemukakan pada paragraf sebelumnya bahwa untuk mencapai target 50% dibutuhkan produksi secara lokal minyak jarak. Produksi minyak jarak dilakukan dibeberapa daerah dengan menggunakan alat produksi yang dibuat secara sederhana agar dapat diaplikasikan sendiri oleh masyarakat. Peranan pemerintah dalam hal ini sangat membantu dalam pengadaan alat produksi sederhana tersebut.
Produksi minyak jarak perlu dipandang penting, karena akan sangat membantu para konsumen bahan bakar diberbagai sektor ekonomi, baik sektor transportasi, pertanian, perikanan, industri pengolahannya dan lain sebagainya. Dari usaha subtitusi tersebut akan membuahkan hasil bahwa kebutuhan bahan pokok untuk masyarakat dapat terpenuhi dengan harga yang relatif murah.
Jadi dibutuhkan peran maupun kebijakan pemerintah yang lebih serius dalam upaya pencapaian memaksimalkan subtitusi biodiesel ke petrodiesel, agar harga bahan bakar lebih terjangkau dan lebih ke arah ramah lingkungan. Selain itu kesiapan dan partisipasi masyarakat juga dibutukan dalam hal penyediaan bahan baku (buah jarak pagar) dan keterampilan dalam proses ekstraksi minyak jarak.
0 comments:
Posting Komentar
>>> Silahkan Beri Komentar Setelah Membaca Artikel Ini. Terima Kasih telah Berkunjung..Sukses Untuk Semua >>>